Thursday 19 September 2013

Peternakan Ayam Broiler: Kepunahan Peternak Mandiri



Fluktuasi Harga Berdampak Negatif
Penerapan konsep Agribisnis pada komoditi ayam ras membawa dampak buruk terhadap sebagian besar pleaku usaha, terutama para peternak rakyat yang bergerak dalam subsitem on farm. Kemampuan peternak dalam penyediaan modal semakin melemah, akibat fluktuasi harga DOC, dan harga ayam potong hidup. Kelemahan finansial ini terjadi selain keterbatasan dalam penyediaan, juga yang ada pun terkuras untuk menutupi kerugian akibat fluktuasi harga, sewaktu tebar DOC harga DOC tinggi, namun pada saat panen harga ayam hidup murah, dan kondisi ini berulang. Pada akhirnya penyediaan modal untuk periode-periode usaha berikutnya terus menurun, ini berakibat pada skala usaha yang semakin mengecil, sampai pada taraf tidak efisien, hingga modalnya tinggal asset tetap saja seperti lahan, bangunan kandang dan peralatan.


Alternatif Penyelamatan Asset Kandang Ayam
Para peternak dalam pendirian usaha umumnya untuk membangun kandang dengan modal sendiri, dan untuk menjadikan asset tersebut menghasilkan uang, maka mereka bergabung dengan perusahaan peternakan besar, menjadi plasma melalui pola kerjasama kontrak harga dan makloon.  Kerjasama ini dilakukan untuk mengantisipasi risiko usaha akibat fluktuasi harga, dan untuk memperoleh manfaat dari nilai investasi kandang dan peralatan. Kejadian ini berlangsung hampir di setiap wilayah-wilayah sentra produsen ayam broiler, seperti Bogor, Kabupaten Ciamis, Cianjur, Subang, dan beberapa wilayah lain di Jawa Barat.  Jika ditelusuri diwilayah-wilayah sentra tersebut, peternak yang mengusahakan secara mandiri (peternak mandiri) sudah tidak ada lagi, kecuali di Kabupaten Ciamis masih tersisa beberapa orang peternak.    


Dikotomi Pelaku Usaha Ayam Broiler, dan Penguasaan Bisnis
Pada usaha ayam ras terdapat dikotomi pelaku, yaitu perusahaan dan peternakan rakyat. Perusahaan yang bergerak dalam bidang ayam broiler umumnya bergerak dari sub sistem hulu (off farm-1), budidaya (on farm) sampai ke hilir (off farm-2), sedang peternakan rakyat hanyabergerak dalam sub sistem budidaya dengan mengandalkan supply input produksi dari perusahaan besar tersebut.  Perusahaan peternakan ayam skala nasional bahkan multinasional dengan pengusaan modal yang tinggi dan pengusaan teknologi, serta pasar, mereka menerapkan konsep agribisnis, sehingga usahanya dalam bidang ayam broiler terintegrasi dari hulu sampai hilir.  

Integritas usaha ini dari perusahaan ini menyebabkan penguasaan terhadap input produksi, dan pasar yang semakin lama-semakin besar, sehingga mereka memiliki posisi tawar yang sangat tinggi  dalam bisnis yang satu ini.  Artinya mereka dapat mengatur kebijakan harga baik secara sendiri-sendiri, maupun ber-"sama-sama".  Kalau sudah demikian Apa yang bisa dilakukan bagi pengembangan usaha ayam broiler yang dilakukan oleh para peternak rakyat?

No comments:

Post a Comment